Ku istirahatkan
Oleh: Anggi Kurniawan
Tidak hanya satu atau dua orang yg menasehatiku tentang bagaimana aku harus balik ke pengurusan organisasi internal kampus yakni DEMA (Dewan Eksekutif MAhasiswa), setelah bagaiamana mangkirnya aku dari kepengurusan lantaran sebab menurutku masih ada ideologi dalam ego.
Mulai dari orang tuaku yang sangat menyayangkan keputusanku yang aku ambil untuk lebih memfokuskan diri terhadap organisasi eksternal yakni PMII, memang orang tuaku tidak mengetahui betul PMII tetapi orang tuaku disitu hanya berpesan "Organisasi kampus yang di dalem adalah sebuah sejarah besar bangku kuliahmu dimata dosen, dibanding organisasi PMII yang sudah memiliki nama besar di indonesia. Apa lagi ibu cukup bangga ketika anggi memiliki teman dari berbagai daerah di indonesia berkat PMII".
Sejenak saya teringat akan sebuah perkataan Pak doktor (Bidang kemahasiswaan kampus saya), beliau berkata yang membuatku seakan aku malu kepada diriku sendiri ketika aku bertemu dengannya sambil ku cium tangannya beliau berkata " Nggi bagaimana kabarmu.?" dengan sambil senyum aku menjawabnya "alhamdulillah pak sehat", beliau melanjutkan menanyakan sesuatu yg membuatku terdiam " Bagaimana nggi pergerakan mahasiswa kita.? Saya perhatikan kamu sudah tidak ikut serta lagi di DEMA dan menggerakan DEMA.? kamu boleh saja di PMII tapi menurut saya kamu juga harus bisa dan balik ke DEMA untuk menyemangati anak-anak dalam soal kegiatan".
Sejenak saya terdiam dan tersenyum sambil berkata "Belum saatnya saya balik lagi ke DEMA, dan akan tiba nanti saat dimana saya back to DEMA", sambil tersenyum harapan besar sang doktor beliau menjawab " Saya tunggu kontribusi kamu selanjutnya, seperti acara-acara kemarin saat acara sima'an qur'an". Sebuah dilema yang ku dapatkan antara aku harus memilih eksternal atau internal.
Sahabat-sahabat PMII saya termasuk ketum PK pun mengisyaratkan agar aku menggunakan sebuah taktik, untuk membuat balance antara PMII dan DEMA, hasil diskusiku malam ini disebuah taman puspem (pusat pemerintahan) kota tangerang membuatku tersadar saat ketum Hasan bicara padaku "Kita di dalam kampus tidak menggunakan PMII sebab anggota baru yg kemarin abis kita mapabain belum tentu mereka langsung tertarik terhadap PMII, kita harus pendekatan emosional dengan memback up mereka disaat mereka ada tugas kampus maupun diluar kampus".
Sejenak aku terdiam dan bertanya pada diri ini yang menurutku, aku hanya lah anak baru kemarin yang tidak mengerti apa-apa bagiku, tetapi kenapa orang disekitarku menaruh harapan besar untuk sebuah gerakan kampus kepadaku, entah lah mainset apa yang ada dipikiran mereka. Setelah ku pikirkan memang benar pendapat mereka yang secara tidak langsung menaruh harapan besar kepadaku tentang bagaimana memajukan kampus melalui Mahasiswa/i yang ada di dalam kampus identik dengan warna hijau itu.
Ku istirahat kan almamater kebanggaan ku berwarna biru, dan ku gunakan kembali almamater kampus ku. Aku bukan meninggalkanmu (PMII) tetapi aku ingin, bagaimana aku mencari serta menciptakan estafet kader yang kemarin sudah di baiat menjadi anggota PMII agar bisa tenggelam bersama di dalam organisasi besar nan struktural yang identik dengan "Tangan terkepal dan maju kemuka".
#SuaraHatiSangPenaKecil
#SiasatDalamPirasat
#TulisanPenghantarTidur
Komentar
Posting Komentar