Spesial Hari Pahlawan

Tangan kecil untuk pahlawan
Oleh: Anggi Kurniawan

10 November 1945 adalah hari pahlawan dimana pertempuran itu terjadi di daerah jawa timur yang di promotori oleh pahlawan bangsa yakni bung utomo, peperangan yang banyak melibatkan kaum muslimin lebih khususnya kaum santri dan para ulama dalam mempertahankan kemerdekaan indonesia yang ingin di rebut kembali oleh penjajah, meskipun perang itu lebih banyak memakan korban jiwa dari kalangan santri tetapi ada sebuah pelajaran tersendiri buat generasi millenial saat ini yakni mempertahankan bangsa adalah sebagian dari iman dan gugurnya dalam peperangan adalah mati syahid.

Hal itu lah yang membuat para mahasiswa/i Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nahdlatul Ulama (Stisnu) memperingati hari bersejarah itu dengan berziarah ke tempat makam-makam para pahlawan, acara yang di promotori oleh organisasi terbesar bernama PMII Komisariat Stisnu itu membuat sebuah momentum membangkitkan ghiroh untuk mencintai tanah air dengan cara mengirimkan lantunan tahlil yang di tunjukan kepada para pahlawan yang telah gugur di medan perang.

Stisnu merupakan kampus yang berhaluan ahlusunnah wal jama'ah mengerti betul tentang hal itu, sebab sebelum terjadi nya tragedi 10 November 1945, bung tomo sempat bersilaturahmi ke rumah hadratus syaikh K.H Hasyim ashari, atau pendiri organisasi Nahdlatul Ulama untuk memberikan sebuah fatwa tentang jihad dalam mempertahankan bangsa. Dengan gema takbir pada saat itu membakar semangat para kalangan santri, ulama bahkan rakyat biasa untuk sama-sama berperang dalam mempertahankan kemerdekaan indonesia yang ingin di rebut kembali oleh bangsa inggris.

Mahasiswa/i Stisnu memang tidak ikut dalam peperangan saat itu, akan tetapi dilihat dari kontribusi NU itu sendiri, membuat Mahasiswa/i Stisnu ikut serta sumbangsi nya sebagai rasa terima kasih kepada para pahlawan dengan berziarah ke makam pahlawan, serta di isi dengan tahlil tahmid, yakni sebuah tradisi leluhur NU dalam mendoakan orang yang telah meninggal dunia.

Hal yang membuat para mahasiswa/i Stisnu terbakar api semangat untuk menghargai jasa pahlawannya adalah pesan dari presiden RI pertama sekaligus sang pejuang bangsa yakni soekarno yang berucap "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pehlawannya", hal itu lah yang membuat mahasiswa stisnu yakni Muhammad Hasanuddin (Ketua umum komisariat PMII Stisnu) dan mahasiswi Nur Arofah, adalah ide untuk menjalankan kegiatan ini yang tujuannya untuk mendoakan jasa pahlawan.

Tangan-tangan mahasiswa/i Stisnu yang menadah dengan penuh harap saat do'a itu di tujukan kepada pahlawan, seakan menjadi sebuah pembuktian betapa khusyu nya doa untuk para pejuang bangsa, karena Stisnu itu sendiri tidak hanya menciptakan Mahasiswa/i yang cakap dalam berbahasa intelektual tetapi juga dalam spiritual serta menjaga tradisi bangsa.

Meskipun jasadmu terkubur tetapi nama dan perjuanganmu takkan pernah terkubur, biarkan lah kami berjuang melanjutkan perjuanganmu, meskipun tidak angkat senjata seperti bagaimana perjuanganmu dahulu, tetapi kami akan membuat sebuah sejarah baru dengan perjuangan baru pula, yakni melawan kelompok-kelompok yang ingin menghancurkan bangsa ini dengan berbagai macam opini.

#SelamatHariPahlawan
#PKPMIIStisnuNusantara
#KyaikuPahlawanku
#PemudaSaatIniTombakSejarahZamanMillenial

Komentar